Weird Rottate (Sekuel)

Untuk Rotasi ku, Rotasi hidupku yang baru ku temukan lagi, kau ada dimana?

***

Sepucuk surat itu datang padaku, ku baca dan menemukan rangkaian kata-kata manis disana. Sebuah tulisan berwarna emas berbingkai merah marun itu sangat memesona sekaligus menohok sampai ke ulu hati. Dan kutemukan nama Rotasi ku.

Tahu itu apa?

Surat undangan pernikahan.

Lima hari lagi 26 Januari, hari ia akan menikah. Tubuhku melemas seolah akan lepas dari persendian nya. Air mataku meleleh dan terasa panas ketika mengaliri pipi ku dengan jumawa. Punggungku menabrak dinding dirumah seolah ia telah beralih fungsi menjadi sandaran instan saat itu. Kedua tanganku menutupi wajahku dan menahan suara terisak ku yang terdengar begitu payah.

Rotasi ku, ku kira kita sudah seirama berputar.

***

Aku berjalan menuju keruman di sana, dengan tenang seolah akan menemukan surga. Mata mereka melirik genit sambil berteriak-teriak “Cie.. gebetan nya dateng! Yok-yok kita pergi.” Dan benar ketika ku datang mereka pergi.

Aku tersenyum.

Aku menatapnya sambil menyerahkan bunga mawar merah, ini angan-angan yang aku inginkan darinya dulu. Hanya sepucuk bunga darinya.Entah kalau rumput liar pun aku merasa tak apa. Namun itu tak pernah terjadi. Dan kini aku mewujudkan nya sendirian dengan cerita yang berbeda, dariku pada nya- dengan sepucuk mawar merah ku berikan pad Rotasi ku, ironis. Takdir begitu rumit.

“Hallo, selamat yah..” Kataku sambil meyerahkan bunga padanya. Agak lama kulihat matanya yang memandangi bunga itu. Lucu?

Lalu mata kami bertemu , aku tersenyum lantas berjalan berbalik meninggalkan nya. Sudahlah, sudahlah Tuhan terimakasih. Gumam ku pahit melihat pantulan diri di tanah sambil mendengar ketukan suara dari langkah kaki yang terdengar putus asa.

Malam terasa sepi, sepoi-sepoi angin seperti bersorak padanya. Keheningan menjalar membuatku bergidik mendesak air mataku ingin keluar ketika kehangatan tangan nya menahan tangan ku. Dadaku bergetar hebat.

Aku terdiam, melihat tangan nya yang mengenggengam sempurna sebelah tanganku. Aku berbalik dan aku menyerah, untuk membiarkan air mata ini mengalir lagi.

“Aku sayang kamu..” Ucapnya. Aku terisak. Sebuah letupan yang ku kira semu, kini terasa nyata.Semua ini tentang kamu, tentang kamu yang absurd ternyata nyata.

Aku menutup mataku, lantas melihatnya kembali.

“Aku sayang kamu juga..” Jawabku. Aku menenangkan napasku yang ku kira hanya tinggal setengah karena nya.

“Kenapa?” Tanya ku kemudian. Ia terdiam dan hanya menyalurkan maksudnya lewat sepasang matanya. Matanya yang ku yakini hanya penuh dengan aku.

Ia mengeratkan pegangan nya.

“Supaya kita gak nyesel.” Jelasnya. Aku tak mengerti lantas menggelengkan kepalan.

“Bukanya ini nambah rasa menyesal kita?” Tanyaku. Matanya kemudian beralih menatap lurus pandangan nya. Hening ia tak berkata-kata.

Apa aku benar?

“Kamu tahu ada yang bilang sebenarnya, orang yang jatuh cinta diam-diam itu komedi putar. Seakan berjalan, tetapi sebenarnya tidak kemana-mana (Raditnya Dika:206 “Manusia Setengah Salmon”) aku tahu itu kita. Aku ingin membuatnya berjalan, lalu menengok dan menghapusnya. Bukan ingin menghilangkan nya tetapi membuatnya kembali ke dasar, agar kamu atau aku bisa berjalan lagi.” Jelasnya lagi memandang lampu-lampu di keramaian.

Ai mataku terus saja mengalir tak peduli, mati-matian ku redam suara isakan ini yang seakan tak kuat lagi untuk bertahan sok kuat.

Perlahan pegangan nya melemah sehingga membuatku menghadap nya. Kami berpandangan lagi , aku tahu getaran ini, aku tahu tatapan ini. Aku tahu ini.. namun aku tak cukup mengerti menghadapai kerumitan ini.

“Maafkan aku yang cukup pengecut.” Kataku perlahan-lahan. Dia tersenyum.

“Kau tahu siapa yang pengecut.” Dia bergurau.

Bukan kau atau aku, kita. Kita yang pengecut. Kita yang terlalu ketakutan mengambil langkah, hingga sebenarnya tak perlu lah ada cerita komedi putar itu.Atau sebenarnya tak perlulah ada kita di awalnya.

Tangan kami terlepas, meski akhirnya aku merasa-rasa sendiri seolah tangan nya masih erat memegang tanganku.

“Aku tak akan mengusap pipi mu, itu membuatku sulit.” Ujarnya lagi ketika aku hanya memandanginya dari samping. Aku mengangguk lantas mengusap pipiku sendiri. Kami terdiam lagi seolah rasa hening tak cukup membuat kami kenyang. Aku mengangguk sambil menggumam lembut tanda mengerti. Napasnya ia hembuskan setelah itu.

Kini tubuhnya melewati ku, semerbak wangi tubuhnya malam itu mengudara. Seakan aku akan kehabisan akal karena nya.

Tak ada lagi kita, karena kita memang bukan apa-apa pada akhirnya dan awalnya.

Tak ada kejelasan, kita hanya angan-angan absurd yang kita ciptakan sendiri, kita memimpikan nya namun tak membuatnya nyata.

Kita menyedihkan.

Aku sendirian ditemani air mata yang tak sepenuhnya ku usap, yang malah ku biarkan mengering sendiri. Tampaknya ia akan keluar lagi, meleleh lagi ketika punggungnya bergerak menjauhi pandangan ku.

Aku tersenyum bercampur dengan tangis melihat rotasiku yang kini menemukan rotasinya, dan aku malah terus terjebak menunggu sehingga aku tak bergerak, aku tak menemukan dia atau rotasiku sendiri.

END~

Wohooo~~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Weird Rottate (Sekuel)"